Kelangsungan Peran Keluarga Membangun Pendidikan Karakter Sepanjang Hayat

Peran keluarga merupakan sebuah siklus yang tiada henti. Panggilan orang tua kepada anak-anaknya dengan sebutan Le, Tole, Nak, Cak, Cung, Nduk, Neng, Dap dan masih banyak yang lain di waktu masa kecil. Sebutan ini mewakili bentuk kasih sayang orang tua di masing-masing daerah yang berbeda sebagai kultur suku bangsa dan ragam budaya di Indonesia yang jumlah sukunyanya kurang lebih 100 an. (Sumber Wikipedia: Daftar Suku Bangsa)

Panggilan-panggilan ini terasa butuh dan dirindukan mengiringi perjalanan seseorang yang beranjak dewasa. Bukan karena apa tetapi panggilan ini tak mesti kita dengar kembali setiap hari ketika orang tua kita jauh dan tak lagi diantara kita terngiat akan masa kecil yang takkan kembali terulang.

Sebagai bentuk literasi pengingat masa lalu. Kalimat "seperti baru kemaren" pasti akan terucap bila kita termenung sendiri sambil kembali mengingat kisah lalu hingga tak terasa meneteskan air mata apalagi jika orang tua kita sudah tiada.

Bergerumbul dengan keluarga dari buaian hingga dewasa yang mengiringi perjalanan setiap anak bisa saja berbeda antara keluarga satu dengan yang lain baik yang utuh atau atau tidak. Dari mulai lahir hingga usia 13 atau 14 tahun menghiasi kenangan tersendiri bersama dengan orang tua. Terngiang kenangan masa lalu, pergi kesekolah ketika di bonceng dengan sepeda, mengaji bersama sehabis maghrib, dibuatkan layang-layang ketika musim kemarau, dibuatkan pancing dari bambu, melihat orang tua memasak atau kebiasaan lain menjadi kelangsungan peran keluarga yang lambat laun kita ceritakan kembali ke anak-anak kita.

Siklus sebuah masa dari generasi ke generasi mengiringi perjalanannya. Era teknologi berangsur-angsur mulai menampakkan dengan adanya gawai, TV yang menjamur di setiap sudut rumah, kebul asap kendaraan dari motor dan mobil yang berlalu lalang, padi yang di panen dengan mesin yang bernama komben, kabar yang ditulis melalui surat berubah menjadi sms, bahkan wifi gratis yang bermunculan di pojok-pojok pinggiran desa dan masih banyak yang lainnya sering dengan majunya teknologi. Secara tidak langsung kita selaku orang tua di era masa kini juga harus berbenah diri dan kesemuanya butuh akan peran keluarga.

Keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan utama bagi perkembangan masing-masing anak sesuai dengan keadaannya, karena sejak kecil anak tumbuh dan berkembang dalam lingkungan keluarga. Karena itulah peranan orang tua menjadi amat sentral dan sangat besar bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, baik itu secara langsung maupun tidak langsung

Dengan pesatnya perubahan sekarang ini yang sudah masuk era revolusi industri 4.0 serasa perlu perimbangan untuk mengembalikan fungsi peran keluarga yang serasa terkikis dan tergerus oleh waktu. Terlintas sejenak dalam pikiran akan Bahasa Ibu, tutur kata yang santun dan sopan yang serasa hilang ketika anak berbicara kepada yang lebih tua darinya. Salah satu faktor pemicunya bisa jadi orang tua zaman now.

Meski zaman sudah masuk di era revolusi tetapi perimbangan pola pikir orang tua harus tetap membawa nilai relegius, norma, adat dan budaya kedalam lingkup keluarga sebagai bahan dan wacana akan lintas literasi menjadi orang tua dimasa depan.
Meski zaman sudah berubah tapi satu yang pasti bahwa semuanya akan tetap bertumpu pada Tri Pusat Pendidikan. Kegiatan informal, formal, dan nonformal menjadi pondasi tersendiri bagi masa depan.

Banyak orang berkata anak adalah generasi emas dan peran sang ibu sebagai penghantar yang tak tergantikan. Namun akankah penghantar-penghantar masa depan ini bisa memaksimalkan si buah hati ketika aturan cuti ditetapkan 3 bulan bagi ibu melahirkan. Perlukah ini kira-kira ada peninjauan aturan untuk diubah menjadi 4 atau hingga 6 bulan untuk masa menyusui dan masa pertumbuhan awal?

Jika dipilah akan aktivitas anak selama 24 Jam sehari semalam ketika usia anak memasuki jenjang SD, SMP, dan SMA dengan kurikulum yang ada, waktu bercengkerama dengan orang tua hanya 9 sampai dengan 10 jam mungkin juga bisa kurang. Belum lagi dengan orang tua yang bekerja di perkantoran. 

Pendidikan Karakter
Perkiraan ini adalah gambaran kecil dari sebagian aktivitas ketika anak dari mulai tidur hingga tidur.

Lantas! Jika ada yang anak berani hingga berkelahi dengan guru atau kepala sekolah bahkan ada yang sampai adu jotos dan hingga patah tulang atau yang lain seperti dikabarkan di media sosial bahkan elektronik, maka;
  • Siapakah yang patut di persalahkan?
  • Akankah pergaulan, guru, orang tua, atau faktor lingkungan yang menjadi pemicunya? Apa yang menjadi penyebabnya?
  • Apakah kurangnya perhatian orang tua atau rasa sayang yang berlebihan?
Untuk mengembalikan fungsi peran keluarga, sekolah dan masyarakat, pemerintah menggalakkan berbagai macam program. Program-program yang ada diharapkan menjadi penanaman nilai-nilai tersendiri kepada calon-calon generasi emas dalam menyongsong masa depan yang berbudaya dan berkarakter.

Gerakan 1821 merupakan himbauan kepada para orangtua untuk melakukan puasa gadget/HP, cukup hanya 3 jam saja untuk dapat berinteraksi dan berliterasi dari mulai pukul 18.00 – 21.00.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pun juga menggalakkan Gerakan Literasi Nasional yang di publish melalui laman http://gln.kemdikbud.go.id/glnsite/ sehingga siapa saja dapat mengaksesnya. Waktu ketika anak sedang berada di sekolah, ketika anak berada di masyarakat, dan ketika anak kembali ke keluarga.

Pedoman-pedoman yang ada menjadi penuntun literasi untuk mengembalikan penanaman karakter anak dan orang tua ke masanya. Literasi baca tulis, Literasi Numerasi, Literasi sains, Literasi finansial, Literasi digital, dan Literasi budaya dan kewargaan. Kesemuanya dapat di wujudkan secara berbarengan untuk mewujudkan generasi emas di masa mendatang.

Dalam mewujudkan generasi emas, Presiden juga turut andil dan ambil bagian dengan menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 87 Tahun 2017 tentang “Penguatan Pendidikan Karakter”. Tanggung jawab dan peran ini seperti mengembalikan Tri Pusat Pendidikan di era masanya. Keluarga, satuan pendidikan, dan masyarakat menjadi poros penting dalam mewujudkan bangsa yang berbudaya melalui penguatan nilai-nilai religius, jujur, toleran, disiplin, bekerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan bertanggung jawab yang ditanamkan oleh keluarga ketika anak sedang dirumah.

Peran Keluarga Membangun Karakter Sepanjang Hayat
Harapannya, orang tua dapat manjadi pengekang dan pengatur yang apik dalam mengantar setiap masa pertumbuhan hingga masa-masa pubertas, karena masa-masa ini merupakan masa pemicu watak dan pemegang kunci utama adalah orang tua, tinggal bagaimana orang tua dapat mengimplementasikan dan mengatur waktu.

Dari sini dapat kita tarik kesimpulan bahwa siklus literasi tiada henti ada pada keluarga sebagai kunci utama. Pendidikan adalah kenangan yang nyata dalam membangun generasi emas di masa yang akan datang. Wujudkan keluarga yang harmonis dalam membangun penanaman pendidikan karakter sepanjang hayat. Gunakan waktu luang semaksimal mungkin untuk berinteraksi dan beraktivas dengan anak.

#Sahabatkeluarga
#LiterasiKeluarga

Post a Comment

6 Comments

  1. Ankku panggilannya nduk sampai hr ini pak. Untuk mengingatkan bahwa ibunya dari jawa 😊

    ReplyDelete
  2. Replies
    1. Sabar Om, semoga kedepannya dapat dijadikan pembelajaran, meski orang tua sudah pergi jauh, tapi itu yang membuat kita terus berjuang dan belajar.

      Delete
  3. Begitulah, itu kenapa orang tua juga harus terus belajar,u mengikuti perkembangan jaman agar bisa membersamai putra-putri mereka, pemberi contoh dan teladan yang baik. Bersinergi bersama untuk mengarahkan anak kearah yang positif baik itu karakternya, tutur katanya juga perbuatannya.
    Bismillah, semoga kita selaku orang tua bisa menjaga dan mendidik amanah yang dititipkan Tuhan kepada kita semua.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul Mbak, yang paling penting adalah memanfaatkan waktu luang sekecil apapun itu untuk saling berinteraksi satu sama lain.

      Delete